IBU
Pernah aku di tegur
katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
katanya membaiki kelemahan
pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
IBU......
pernah aku meajuk
katanya aku manja
Pernah aku melawan
katanya aku degil
pernah aku menangis
Katanya aku lemah
IBU.....
setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasehat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayaan
dia kata bersukurlah pada tuhan
NAMUN
Tidak pernah aku melihat air mata dukamu
mengalir di pipi mu
begitu kuatnya dirimu....
IBU....
Aku sayang padamu...
tuhanku....
Aku bemohon padamu
Sejahterakanlah dia
Selamanya....
DOA
Kepada pemeluk teguh
tuhan ku
dalam termangu
aku masih menyebut namamu
biar susah sungguh
mengingat kau penuh seluruh
cahayamu panas suci
tinggal kedip lilin di kelam sunyi
tuhanku
Aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negri asing
tuhanku
Dipintumu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
HAMPA
Kepada sri
Sepi diluar, sepi menekan mendesak
lurus kaku pepohonan,, tak bergerak
sampai kepuncak,, sepi memagut
tak satu kuasa melepas-renggut
segala menanti,,menanti,,menanti
sepi
tambah ini menanti jadi mencekik
memberat-mencekung punda
sampai binasa segala,,,belum apa apa
udara bertuba,,,setan bertampik
inin sepi terus ada,,dan menanti
SAJAK PUTIH
buat tunanganku mirat
bersandar pada tari warna pelangi
kau depanku bertudung sutra senja
di hitam matamu kembang mawar dan melati
harum rambutmu mengalun bergelut senda
sepi menyanyi malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku
hidup dari hidupku,,pintu terbuka
selama matamu bagiku menengadah
selama kau darah mengalir dari luka
antara kita mati datang tidak
membelah....
buat miratku,,Ratuku! ku bentuk dunia sendiri
dan kuberi jiwa segala yang di kira
Orang mati di alam ini!
kucuplah aku terus,,kucuplah
dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku....
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
TAK SEPADAN
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka
AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar